November 12, 2025
image (1)

bharindo.co.id Bandung,– Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Kemenko PM) terus mendorong transformasi digital di sektor pertanian dengan menggelar dua pelatihan strategis di Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al-Ittifaq, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Kegiatan yang diikuti 160 peserta dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat ini bertujuan membekali petani muda dan koperasi agar mampu memasarkan produk secara digital sekaligus memperkuat efisiensi rantai pasok lokal.

Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Pelindungan Pekerja Migran Kemenko PM, Leon Alpha Edison, menjelaskan pelatihan ini merupakan tindak lanjut dari hasil identifikasi lapangan terhadap tantangan yang dihadapi petani dan koperasi.

“Kami menemukan dua persoalan utama. Pertama, petani muda masih kesulitan memasarkan produk secara mandiri melalui platform digital. Kedua, belum banyak koperasi yang berperan sebagai offtaker di daerah, sehingga rantai pasok menjadi panjang dan biaya logistik tinggi,” ujarnya, dikutip dari Antaranews, Selasa (4/11/2025).

Untuk menjawab tantangan tersebut, Kemenko PM menghadirkan dua program pelatihan terfokus. Program pertama bertajuk “Berdaya Bersama”, diikuti 100 petani muda dan pelaku UMKM dengan materi seputar digital marketing serta pembuatan konten kreatif.

“Program ini menggandeng mentor dari Kementerian Koperasi dan UKM, DCT Agency, serta praktisi content creator,” jelas Leon.

Pelatihan kedua bertajuk “Replikasi Model Rantai Pasok Lokal” yang ditujukan bagi perwakilan koperasi se-Jawa Barat. Selama dua hari, peserta mempelajari model bisnis dan manajemen rantai pasok yang diterapkan oleh Kopontren Al-Ittifaq, bersama narasumber dari Kementerian Koperasi dan tim Al-Ittifaq.

CEO Kopontren Al-Ittifaq, Irawan, menyambut baik kepercayaan Kemenko PM yang menjadikan pihaknya sebagai pusat pelatihan dan replikasi model rantai pasok pertanian.

“Kami siap berbagi pengalaman dan model bisnis yang telah kami jalankan agar dapat diterapkan di berbagai daerah. Kolaborasi ini penting untuk memperkuat ekosistem agribisnis pesantren sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani,” ujarnya.

Leon Alpha Edison menambahkan, kegiatan ini merupakan bagian dari upaya konsolidasi lintas pemangku kepentingan untuk memperkuat ekosistem ekonomi inklusif di tingkat akar rumput.

“Tujuan akhirnya adalah memastikan intervensi pemerintah memberikan dampak nyata terhadap pengurangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan,” pungkasnya. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *