
Bharindo Tegal Jateng – Dengan pose gagah dan mengenakan kaos warna hitam, serta terlihat dan menarik perhatian adanya tulisan didada berbunyi “KEMBALIKAN HAK KAMI”.
Zaenudin yang akrab disapa bang Zay, sebagai ketua Pelaut Indonesia Sejahtera [PIS], yang berkantor di Kabupaten Tegal, serta membidangi pelaut perikanan dalam dan luar negeri.
Usut punya usut, ternyata banyak permasalahan pelaut perikanan, ABK [Anak Buah Kapal] yang berasal dari mulai Sabang sampai Merauke, serta sudah mendatangi langsung Zay. Bahkan, kata dia, ada yang tinggal beberapa bulan hingga bertahun-tahun, ditampung di rumah pribadinya. Dengan permasalahan, seputar gaji dan asuransi, penahanan dokumen serta administrasi oleh oknum perusahaan.
Zaenudin, yang sering menangani permasalahan para ABK, tidak luput dari intimidasi pihak oknum perusahaan yang berkaitan dengan TKI [Tenaga Kerja Indonesia].
Kali ini, ketua PIS menegaskan, dalam menangani aduan para ABK, dirinya mengaku dengan lantang, tidak ada rasa takut atau kata mundur, dalam menghadapi intimidasi pihak oknum perusahaan, demi memperjuangkan hak-hak para ABK yang notabene sedang mencari keadilan.
Hebatnya lagi, ternyata Zay dalam menangani permasalahan terkait ABK, menggunakan biaya operasional pribadi. Latar belakang Zaenudin adalah, mantan pelaut perikanan yang mana dia pun menyebut pernah menjadi korban perbudakan.
Untuk diketahui, Zaenudin pernah menjadi pelaut dan atau ABK perikanan, dalam dan luar negeri, sejak tahun 2001 sampai tahun 2018.
Dia pun akhirnya memutuskan, untuk mendirikan organisasi atau perkumpulan sendiri beserta para korban yang lainnya, serta berkeinginan menggandeng media Bharindo, untuk pemberitaan berkelanjutan.
“Mungkin kedepannya kami akan mencoba untuk berkolaborasi, bekerjasama dengan media Bharindo, untuk mengungkap atau bekerjasama mengenai permasalahan ABK, baik di dalam negeri dan diluar negeri, serta tindak pidana perdagangan orang,” Ungkap Zaenudin, kepada Bharindo, selasa [10\06\25].
“Pengalaman saya terakhir jadi ABK tahun 2018, saya jadi korban, kebetulan saya ikut perusahaan, permasalahannya memang adanya kekerasan, perbudakan diatas kapal,” Paparnya lagi.
“Singkat cerita, saya pulang ga digaji, sampai detik ini pun dokumen seperti ijazah masih ditahan perusahaan,” Sambung Jay.
Hingga saat ini, masih banyak aduan dari para ABK perikanan, ketua PIS pun bisa memahami persoalan-persoalan yang terjadi pada ABK perikanan, sehingga dengan sendirinya Zaenudin berani berbicara secara lantang, tanpa rasa ragu.
Permasalahan ABK Perikanan, sudah pernah dilakukan pendampingan, dari tingkat Pemerintah daerah, Provinsi, bahkan sampai Pemerintah Pusat. Justru, Zay curiga, banyak pengaduan yang patut diduga mangkrak atau mandeg tidak jelas di tingkat Pemerintahan yang berwenang.
Harapan ketua PIS, untuk kedepannya pemerintah bisa memperhatikan khusus untuk para korban dan keluarga ABK yang terkena dampak dari permasalahan tersebut.
[SA.1]