Juni 20, 2025
WhatsApp Image 2025-06-20 at 19.47.16

Editorial : Noldi N. Tane, S.IP

Bharindo Gorontalo,- Nama Jefry Rumampuk kian jadi topik pembicaraan dikalangan pegiat olahraga, nama yang dahulu menghiasi ruang ruang redaksi pemberitaan tersebut kini tidak sedang dibahas kebanyakan orang tentang narasi, atau catatan jurnalistiknya yang dikenal bernada tajam namun nama jefri santer disebut dan dibicarakan orang kebanyakan sebagai kandidat kuat dalam kontestasi Konferensi Cabang (KONFERCAB) Ketua KONI Kabgor yang diwaktu dekat akan digelar.

Suatu Waktu, saya berkesempatan duduk dan berdiskusi ringan bersama Jefry Rumampuk, mengambil posisi tempat duduk disudut ruang Warkop EMY bawah menara keagunan limboto. Diskusi yang bagi saya sarat makna yang kuat sehingga pribadi saya terdorong untuk menuliskannya agar gagasan pemikiran ini terdokumentasi. Gagasan-gagasan jefry yang progresif terutama dalam menjadikan olahraga sebagai bagian dari industri yang kolaboratif, mandiri, dan berkelanjutan. Jefry bukan hanya mengulas data dan peta kekuatannya dalam konfercab nanti, tetapi jauh menguraikan ide-ide besar tentang reposisi olahraga dari sekadar urusan pembinaan menuju strategi pembangunan daerah berbasis sport industri.

Selama ini, olahraga di daerah cenderung bergantung pada anggaran bantuan hibah pemerintah yang fluktuatif dan sering kali tidak memadai bahkan nol. Akibatnya, pembinaan atlet hanya bersifat seremonial menjelang event event olahraga periodik, tanpa ada iklim kerja yang berkesinambungan dan tanpa arah jangka panjang.

Sebagai pemerhati dan juga jurnalis jefry tegas mengatakan bahwa dirinya mengapresiasi sikap tanggung jawab Ketua dr. Irawan Huntoyungo dengan take linenya KONI MANDIRI PANTANG MENYERAH. Di sinilah Jefry Rumampuk meletakkan landasan pemikiran penting yakni olahraga harus naik kelas, dari sekadar aktivitas kompetitif menjadi ekosistem ekonomi.

Sport industri adalah satu gagasan besar yang jefry coba persentasikan kedalam kerangka pikir diskusi kami. Sport Industri menurutnya bukan semata jargon pemanis dalam ruang konfercab KONI nantinya. Ia mensyaratkan pembenahan hulu-hilir olahraga, dimana pembinaan usia dini berbasis komunitas, manajemen event yang melibatkan pelaku usaha lokal, pemanfaatan digitalisasi untuk monetisasi konten dan prestasi, hingga skema kemitraan publik-swasta yang adil dan transparan. Gagasan ini menuntut cara pandang baru, bahwa atlet bukan hanya pejuang medali, tapi juga menjadi aset ekonomi dan ikon sosial.

Dalam berbagai forum, Jefry kerap menekankan pentingnya kolaborasi antara KONI, pemerintah, pelaku usaha, media, dan tentu saja masyarakat olahraga itu sendiri. Ini bukan sekadar kerjasama simbolik, tapi bentuk gotong royong modern, di mana tiap pihak punya peran dan tanggung jawab yang terukur.

Kemandirian juga menjadi poin pentinya. KONI di masanya Jefry konsen mendorong pembiayaan alternatif: sponsorship, crowdfunding / pendanaan bersama, hingga kemitraan strategis dengan Unsur BUMD / BUMN. Ini langkah realistis, agar olahraga tidak terus menjadi beban APBD, tetapi justru menjadi salah satu pendorong PAD baik melalui event olahraga massal, pariwisata olahraga (sport tourism), maupun industri kreatif yang menyertainya.

Namun gagasan besar selalu menantang. Butuh keberanian politik dan ketegasan eksekusi. Butuh keberpihakan anggaran dan inovasi kelembagaan. Di titik inilah, Jefry dan KONI Kabgor diuji mampukah mereka menjadikan olahraga sebagai platform ekonomi, bukan hanya panggung seremoni?

Saya pun terus mendalami bagaimana skema yang nantinya akan dibangun oleh Jefry dalam mengeksekusi gagasan-gagasan besarnya tersebut. Dirinya menjawab dengan nada santai namun penuh keyakinan, β€œJadi begini, relasi dan mitra kerja yang selama ini saya jalin akan dimaksimalkan sebagai potensi riil yang bisa memberi kontribusi bagi kegiatan keolahragaan dan KONI. Dan saya yakin kontribusi itu akan terbuka lebar, mengingat hubungan baik yang saya rawat selama ini adalah modal sosial yang siap digunakan untuk kemajuan olahraga.”

Pernyataan itu memperlihatkan satu hal bahwa Jefry tidak sekadar membangun ide di atas kertas, tapi juga menyiapkan ekosistem pendukung dari sisi sumber daya manusia dan jejaring kerja yang telah dia bentuk sejak lama.

Gagasan sport industri yang kolaboratif, mandiri, dan berkelanjutan bukan sekadar visi. Ia adalah tuntutan zaman. Dan jika Gorontalo ingin melahirkan atlet hebat sekaligus membuka lapangan kerja baru dari sektor olahraga, maka jalan gagasan pemikiran yang dirintis Jefry Rumampuk ini layak didukung tentu dengan pengawasan kritis dan partisipasi publik yang aktif. (nnts***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *