
Bharindo Kab Gorontalo,- Di tengah maraknya politisi yang hanya muncul saat musim kampanye, sosok Alghazali Katili tampil beda. Menjadi Anggota DPRD dari Partai Gerindra tak membuatnya duduk manis menunggu tepuk tangan. Alih-alih menikmati fasilitas, Senin, 16 Juni 2025 untuk kesekian kali Pantauan Awak Media Bharindo.co.id. Alghazali justru memilih duduk mengantri di kursi pelayanan BPJS demi membantu warga yang meminta bantuan padanya di kantor BPJS Cabang Limboto.
Dan itu bukan untuk pencitraan. Bukan pula aksi dadakan menjelang pemilu. Aksi-aksinya yang bagi banyak orang terdengar “tak masuk akal” mengangkat sampah, membersihkan selokan, mengurus irigasi sawah warga sudah jadi rutinitas harian. Sementara sebagian aleg sibuk bersafari di ruang ruang ber-AC, Ali justru berjibaku di lapangan, bersanding dengan warga.
Lebih jauh lagi, Aleg satu ini juga makin populis dengan gerakan layanan ambulance gratis yang dia adakan murni dari kantong pribadinya. Bukan atas nama program, bukan pula karena proyek. Ambulance ini jadi jawaban konkret saat warga di kampung-kampung teriak butuh kendaraan ambulance darurat saat yang lain telat datang.
“Kalau rakyat datang, saya bantu. Tidak ada urusan dapil atau bukan dapil. Jabatan bukan alasan untuk duduk di atas perintah masyarakat,” tegasnya.
Sosok yang akrab disapa Ali ini menolak mentah-mentah logika kekuasaan yang menjauhkan pemimpin dari rakyat. Gaya kerjanya yang lugas dan tanpa basa-basi mengingatkan publik pada model kepemimpinan KDM (Kang Dedi Mulyadi) Gubernur Jabar bukan karena meniru, tapi karena sama-sama bergerak dengan hati, bukan kamera.
Ia bahkan pernah menyentil, “Ada jabatan atau tidak, kita ini sama. Yang membedakan hanya seberapa mau kita ikut susah bersama rakyat.”
Kini Alghazali Katili jadi potret pembanding terhadap wajah politik yang gamang, mereka yang hanya datang saat butuh suara, lalu menghilang saat rakyat butuh solusi.
Sementara banyak yang gemar mencitrakan dirinya dengan baliho, Alghazali sibuk memikul tanggung jawab rakyat, tanpa banyak ribut, tanpa sorak-sorai. Dan justru dari situ, kepercayaan baginya tumbuh.
Ini bukan sekadar wakil rakyat. Ini bentuk pembangkangan moral terhadap kemunafikan politik. Dan publik sudah melihat siapa yang betul-betul bekerja dan siapa yang hanya pandai berkata. (nnts***)