Bharindo Jakarta,- Menteri koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, bukan hal mustahil untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi delapan persen. Karena, menurutnya, Indonesia pernah mencatatkan pertumbuhan tertinggi yakni 8,2 persen pada tahun 1995.
“Saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di kisaran 5,2 persen, karena perekonomian dunia hari ini belum kembali normal. Perekonomian global masih terdampak long Covid- 19 dan pertumbuhan rata-ratanya masih di kisaran tiga persen,” kata Airlangga saat membuka acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2024 di Jakarta, Rabu (30/10/2024).
Oleh karena itu, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi delapan persen, perlu digali sumber-sumber pertumbuhan baru. Selain itu, melakukan adaptasi teknologi dan inovasi agar Indonesia menjadi negara yang pendapatan perkapitanya di atas menengah.
Sumber pertumbuhan baru yang potensial, lanjut dia, adalah sektor ekonomi dan keuangan syariah. “Ekonomi keuangan syariah memiliki peran strategis guna mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan,” ujarnya.
Airlangga mengutip State Global Islamic Index, di mana ekonomi dan keuangan syariah Indonesia berada di posisi ketiga terbaik dunia. Sementara, posisi pertama ditempati Malaysia, dan peringkat kedua Uni Emirat Arab.
“Arahan Bapak Presiden, agar investasi keuangan syariah terus ditingkatkan. Utamanya, ke sektor makanan minuman, fesyen kosmetik dan wisata ramah muslim,” katanya, menjelaskan.
Kontribusi ekonomi dan keuangan syariah pada Produk Domestik Bruto (PDB), tambahnya, mencapai 48,71 persen. Sektor ekonomi dan keuangan syariah juga berperan penting dalam pemberdayaan UMKM.
“Rencana Pembangunan Jangka Menengah menyasar pengembangan sektor produktif seperti ekonomi dan keuangan syariah serta produk halal. Visi Asta Cita kedua dalam kabinet Merah Putih bertekad mendorong kemandirian ekonomi nasional, salah satunya ekonomi syariah,” ucapnya. (ils78***)